Mahardikayang juga merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana menjelaskan bahwa potensi penyebaran Covid-19 dapat terjadi melalui udara, apabila berada pada tempat yang tertutup. "Ini (Covid-19) biasanya dalam setting ruangan tertutup, misalnya bis, ruangan yang memiliki Air Conditioner (AC), pusat
38 Ruang Terbuka Hijau Pekarangan, yang selanjutnya disingkat RTHP, acalah ruang terbuka hijau yang berhubungan langsung dengan bangunan gedung dan terletak pada persil yang sama. 39. Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat,· dan fungsi sumber daya air agar
Penyediaankawasan ruang terbuka hijau terbagi menjadi 3 berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka di Kawasan Perkotaan. 4.1 Berdasarkan Luas Wilayah. Penyediaan berdasarkan luas wilayah pada daerah perkotaan minimal harus ada 30%.
Fast Money. Kurang terpenuhi dan tidak adanya ruang terbuka dapat menyebabkan beberapa masalah, di antaranya adalah sebagai berikutPolusi udara, baik debu maupun asap semakin meningkat;Suhu udara semakin panas;Tingkat kebisingan yang semakin parah; danAir tanah semakin permasalahan tersebut, pemerintah perlu mengatur serta mewajibkan adanya Ruang Terbuka Hijau RTH bagi setiap industri yang terbangun di kawasan industri. Hal ini diperlukan untuk menyeimbangkan ekosistem lingkungan dan perkembangan pembangunan industri di era Terbuka Hijau RTH merupakan area memanjang/jalur mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka dan tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun sengaja ditanam. Ruang Terbuka Hijau di sini dapat berupa taman buatan maupun lapangan Ruang Terbuka HijauSebagaimana yang kita tahu, bahwa manusia membutuhkan kehadiran lingkungan hijau di tengah pembangunan yang cukup pesat belakangan lingkungan hijau ditujukan untuk menjaga kelestarian, keserasian, dan keseimbangan ekosistem. Namun secara umum, adapun tujuan pengadaan Ruang Terbuka Hijau di sebuah industri yang menempati kawasan industri adalah sebagai berikutMengatasi permasalahan tata ruang sekaligus mengendalikan dampak pembangunan terhadap lingkungan akibat aktivitas industriPengendalian tata air dan sarana estetika di kawasan industriSebagai area mitigasi/evakuasi ketika terjadi bencana, danArea penciptaan iklim yang dapat mereduksi polusi kawasan yang kita ketahui bersama, bahwa sebuah bangunan gedung maupun pabrik di kawasan industri juga membutuhkan perlindungan terhadap radiasi matahari dan angin keras. Untuk itu, langkah yang paling sederhana dan cukup terjangkau adalah dengan melakukan penanaman tumbuhan atau pohon peneduh di sekitar bangunan begitu, adanya tanaman, pohon/vegetasi kayu dapat berfungsi sebagai pematah angin maupun peredam suara sehingga mengurangi kebisingan di kawasan bangunan gedung/industri. Selain itu, pohon/vegetasi yang tumbuh di Ruang Terbuka Hijau dapat memberikan perlindungan terhadap terik sinar matahari. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan Ruang Terbuka Hijau adalah sebagai paru-paru pabrik di kawasan bangunan gedung/pabrik dalam menyediakan RTHAdapun pola penggunaan lahan kawasan industri sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 40/M-IND/PER/6/2016 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri adalah sebagai berikutJenis PenggunaanProporsi Penggunaan %KeteranganKaveling industriMaksimal 70%Setiap kaveling harus mengukuti ketentuan KDB Koefisien Dasar Bangunan sebesar 6040Jalan dan saluran8-10%Jaringan jalan yang terdiri dari jalan primer, jalan sekunder, dan saluran drainaseRuang Terbuka HijauMinimal 10%Dapat berupa jalur hijau green belt, taman, dan perimeterInfrastruktur dasar lainnya, infastruktur penunjang, dan sarana penunjang8-10%Infrastruktur dasar lainnya berupa instalasi pengolahan air baku, instalasi pengolahan air limbah, instalasi penerangan jalanBerdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 40/M-IND/PER/6/2016 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri, disebutkan bahwa setiap kawasan industri dengan luas 20 hingga 500 hektar lebih wajib memiliki Ruang Terbuka Hijau minimal 10%.Ruang Terbuka Hijau kawasan industri disarankan dapat ditanami dengan jenis tanaman yang memiliki kesesuaian secara ekologis dengan kondisi setempat, mampu menyerap zat pencemar, ketahanan hidup yang lama, dan memiliki daya serap air yang adanya peraturan dan ketentuan Ruang Terbuka Hijau ini, pemerintah daerah secara proaktif melakukan pengawasan terhadap tata ruang kawasan industri sesuai dengan peruntukannya. Untuk itu, pembangunan Ruang Terbuka Hijau menjadi keharusan yang harus diperhatikan bagi setiap pengembang, pemilik, maupun pengguna bangunan gedung, baik yang berada di kawasan industri maupun bukan kawasan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 40/M-IND/PER/6/2016 tentang Pedoman Teknis Kawasan IndustriUndang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan RuangMenyukai perjalanan, pemberdayaan masyarakat, dan fotografi. Pada tahun 2017 dan 2019 mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pariwisata RI dalam ajang APWI Apresiasi Pewarta Wisata Indonesia
NilaiJawabanSoal/Petunjuk ATRIUM Ruang tengah terbuka di dalam gedung AULA Pendopo; ruang pertemuan GLADE Ruang terbuka di tengah hutan Inggris GAZEBO Ruang Terbuka Tempat Santai TERAS Ruang Terbuka Tempat Santai TAMAN Ruang Terbuka Untuk Berkumpul Santai WUNDO Ruang tengah rumah Waropen, Papua KOKPIT Ruang kemudi pilot ARENA Area pertunjukan terbuka di tengah auditorium, teater melingkar BERANDA Ruang beratap yang terbuka di bagian depan rumah KEPORIAN Sifat zat padat yang mengandung banyak saluran kecil atau ruang terbuka SELEPAS Sesudah; setelah ~ berbuka puasa, kami duduk-duduk di ruang tengah sambil minum kopi; PEMBAYAN Saudara ipar; biras istri Datuk Setia Muda berlari dari dalam, lalu dipapahnya -nya itu masuk ke ruang tengah JOGLO Gaya bangunan terutama untuk tempat tinggal khas Jawa dengan serambi depan yang lebar serta ruang tengah yang tidak bersekat-sekat biasanya dipergunakan untuk ruang tamu MAHLIGAI ruang tempat kediaman raja atau putri-putri raja dalam lingkungan istana di tengah taman berdiri sebuah rumah yang indah bangunannya sebagai suatu - di dalam istana TANK Mobil berlapis baja yang beroda-gigi yang bergerak berputar di atas roda rantai yang melingkari roda-roda giginya dilengkapi dengan senjata berat pd bagian atas tengah di atas ruang kemudi TIMBA ... jahat, lambat laun akan mendapat bencana jua; - ruang 1 timba untuk mengeringkan air dalam perahu; 2 ruang di tengah perahu; ... ANTARA Di tengah tengah POPULASI ...daerah; 2 jumlah orang atau pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang sama; 3 jumlah penghuni baik manusia maupun makhluk hidup lainnya pd suatu satuan ru... LANGIT Ruang luas yang terbentang di atas bumi, tempat beradanya bulan, bintang, matahari, dan planet lain; beratapkan -, ki 1 banyak berlubang, bocor ata... KOTAK ...penyisihan kesebelasan itu sudah masuk - ; 4 cak ruang bidang empat persegi di dalamnya terdapat dua kolam renang, satu berbentuk lingkaran dan sa... POLOS ...pompa udara untuk menguras udara dari dalam suatu ruang, air menyemprot dengan kecepatan tinggi pd moncong pipa yang di tengah menyebabkan tekanan uda... TARI Gerakan badan tangan dsb yang berirama, biasanya diiringi bunyi-bunyian musik, gamelan, dsb; - bedaya tarian yang dilakukan oleh wanita pd zaman... PERUT ... di telapak kaki; 2 perut betis; - kapal perahu ruang tengah dari kapal perahu; - laut bagian laut yang di dalarn; - muda usus; - padi bagian bata... JALAN 1 tempat untuk lalu lintas orang kendaraan dsb; 2 perlintasan dari suatu tempat ke tempat lain - ke Bandung lewat Puncak; 3 sesuatu yang dilalu...
ABSTRAK Ruang terbuka publik di kawasan kampus itenas terbentuk dari pola tatanan massa yang dapat bersifat katalisator bagi perkembangan interaksi dan komunitas civitas akademika.. Interaksi antar civitas akademika dapat terjadi karena kenyamanan beraktifitas. Ruang yang responsif terhadap aktifitas memiliki kriteria, salah satunya dalam kenyamanan spatial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kenyamanan spatial di ruang terbuka publik itenas. Pendekatan penelitian menggunakan metoda kualitatif dengan pengambilan data melalui observasi, kuesioner dan dokumentasi di periode waktu tertentu. Metoda analisis menggunakan metoda deskriptif. Hasil penelitian teridentifikasi hanya beberapa tempat yang menjadi titik kumpul mahasiswa dengan kenyamanan spatial tercapai dengan alasan tempat tersebut masuk kategori area teduh dan nyaman. Walaupun dari sisi elemen publik space di beberapa tempat belum terlengkapi namun mahasiswa dapat menggunakan elemen lain untuk mendukung aktifitasnya. Kata kunci Sustainable Site, ruang terbuka publik kampus, kenyamanan spasial, Itenas. ABSTRACT Public open space in the campus area is formed from the pattern of building order that can be a catalyst for the development of interaction and community academic community. Interaction among academic community can occur because of the convenience of activity. Space that is responsive to activity has criteria, one of which is in spatial comfort. This study aims to identify the spatial comfort in public space itenas. The research approach uses qualitative method with data retrieval through observation, questionnaire and documentation in certain time period. The method of analysis using descriptive method. The results of the study identified only a few places that became a student gathering point with the spatial comfort is achieved by reason of the place into the category of shady areas and comfortable. Although in terms of elements of public space in some places have not been completed but students can use other elements to support theirs activities. Keywords Sustainable Site, Public open space in campus, spatial comfort, Itenas. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Rekayasa Hijau Vol. 2 ISSN 2550-1070 Juli 2018 Jurnal Itenas Rekayasa – 191 Sustainable Site Kenyamanan Spasial Pada Ruang Terbuka Publik Kampus Itenas Bandung Dwi Kustianingrum , Eka Virdianti , Dian Duhita Permata Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITENAS, Bandung Email dwie ABSTRAK Ruang terbuka publik di kawasan kampus itenas terbentuk dari pola tatanan massa yang dapat bersifat katalisator bagi perkembangan interaksi dan komunitas civitas akademika.. Interaksi antar civitas akademika dapat terjadi karena kenyamanan beraktifitas. Ruang yang responsif terhadap aktifitas memiliki kriteria, salah satunya dalam kenyamanan spatial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kenyamanan spatial di ruang terbuka publik itenas. Pendekatan penelitian menggunakan metoda kualitatif dengan pengambilan data melalui observasi, kuesioner dan dokumentasi di periode waktu tertentu. Metoda analisis menggunakan metoda deskriptif. Hasil penelitian teridentifikasi hanya beberapa tempat yang menjadi titik kumpul mahasiswa dengan kenyamanan spatial tercapai dengan alasan tempat tersebut masuk kategori area teduh dan nyaman. Walaupun dari sisi elemen publik space di beberapa tempat belum terlengkapi namun mahasiswa dapat menggunakan elemen lain untuk mendukung aktifitasnya. Kata kunci Sustainable Site, ruang terbuka publik kampus, kenyamanan spasial, Itenas. ABSTRACT Public open space in the campus area is formed from the pattern of building order that can be a catalyst for the development of interaction and community academic community. Interaction among academic community can occur because of the convenience of activity. Space that is responsive to activity has criteria, one of which is in spatial comfort. This study aims to identify the spatial comfort in public space itenas. The research approach uses qualitative method with data retrieval through observation, questionnaire and documentation in certain time period. The method of analysis using descriptive method. The results of the study identified only a few places that became a student gathering point with the spatial comfort is achieved by reason of the place into the category of shady areas and comfortable. Although in terms of elements of public space in some places have not been completed but students can use other elements to support theirs activities. Keywords Sustainable Site, Public open space in campus, spatial comfort, Itenas. Dwi Kustianingrum , Eka Virdianti , Dian Duhita Permata Jurnal Itenas Rekayasa – 192 1. PENDAHULUAN Desain berkelanjutan merupakan dasar pemikiran, “thinking as system connectivity not fragmentation” [1] dengan pola tersebut diharapkan sebuah desain dapat lebih responsif terhadap aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Profesi arsitek dalam proses merancang lingkungan binaan, akan sangat bersinggungan dengan system ekologi lingkungan sekitar. Hal ini dapat menyebabkan tantangan dalam proses desain, “Bagaimana membentuk sebuah system binaan baru yang dapat terhubung dengan system yang telah berlangsung”. Proses beraksitektur menghasilkan karya arsitek dengan fungsi tertentu yang akan direspon oleh pengguna dalam bentuk aktifitas. Ruang fungsi, tidak hanya terbatas dalam ruang dalam yang terlingkupi bidang, namun dapat juga berupa ruang luar yang berfungsi untuk berbagai aktifitas. Ruang terbuka public adalah bagian dari ruang fungsi yang terbentuk dari tatanan massa bangunan dan dapat berfungsi sebagai area komunal. Menurut 1996, “Life between building merupakan kehidupan yang terjadi akibat pola tatanan massa, bergabung menjadi bentuk ruang komunal dalam suatu kawasan dan seluruh ragam kegiatan, sehingga membuat kawasan tersebut lebih bermakna serta menarik” [2]. Klasifikasi ruang terbuka public dapat juga bersifat privat bergantung pada lokasi dan kepemilikan. Ruang terbuka public-privat dapat terletak pada lokasi pendidikan, komersial area ataupun perumahan. Kawasan pendidikan, yaitu kampus merupakan sample kota dalam skala kecil. Secara fisik sebuah dapat kampus terdiri dari beberapa bangunan, sarana dan prasarana. Meliputi pengguna dari beragam komunitas, budaya dengan kepentingan. Akan menjadi menarik jika kawasan tersebut, terdapat ruang terbuka public sebagai sarana dari ragam komunitas kampus untuk berinteraksi. Institut Teknologi Nasional Bandung merupakan salah satu kampus yang memiliki lahan cukup luas di kawasan perkotaan. Terdiri dari beberapa gedung dengan civitas akademika beraneka latar belakang, budaya. Ruang terbuka public di kawasan ini, terbentuk akibat pola tatanan massa. Bagaimana ruang-ruang tersebut direspon oleh mahasiswa sebagai pengguna bila ditinjau dari sustainable design. Ruang terbuka yang responsif dapat memberikan kenyamanan dalam beraktifitas sehingga terjadi interaksi sosial di dalamnya. Latar belakang tersebut menjadi dasar pemikiran dari penelitian ini, yaitu untuk mengidentifikasi kenyamanan spatial pada ruang terbuka public di kawasan Itenas. 2. TINJAUAN PUSTAKA Definisi yang sederhana, ruang publik dapat digambarkan sebagai tempat umum, di mana orang datang bersama-sama sebagai teman dan komunitas. Tempat dimana orang berbagi bersama dan berinteraksi tanpa melihat dan membedakan segmentasi masyarakat, ekonomi, demokrasi dan budaya. Sebuah ruang publik memberikan pengalaman yang menyenangkan dalam kegiatan mengamati berbagai bentuk aktifitas yang terjadi di sekitar tempat tersebut. Kegiatan dalam ruang tersebut dapat menciptakan interaksi antara lingkungan dan komunitas [3]. Ruang terbuka hijau merupakan bagian dari ruang publik atau ruang komunal, tempat dimana kegiatan sosial, ekonomi terjadi, dan percampuran budaya. Dari hal tersebut terlihat 3 tiga apek keberlanjutan yaitu 1 Lingkungan diwakili oleh ruang publik dan konteks alam sekitar tersebut , 2 Komunitas diwakili oleh budaya dan sosial, 3 Ekonomi. Berdasarkan PPS Project for Public Spaces, terdapat 4 empat kualitas utama lihat gambar 1 yang perlu dimiliki ruang terbuka, yaitu ruang publik yang aksesibel, menumbuhkan aktivitas pengunjung, nyaman serta memiliki visual yang baik dan memiliki nilai sosial dimana setiap individu dapat bertemu satu dengan lainnya dan membawa orang ketika berkunjung [4]. Sustainable Site Kenyamanan Spasial Pada Ruang Terbuka Publik Kampus Itenas Bandung Jurnal Itenas Rekayasa – 193 Gambar 1. Kriteria Utama Rancangan Ruang Publik [4] Gambar di atas mendeskripsikan kriteria utama dalam merancang ruang publik yang baik adalah sociability, uses & activities, access & linkages, dan comfort & image. Kriteria comfort kenyamanan dari sisi arsitektur merupakan salah satu indicator untuk mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dalam ruang public. Kenyamanan fisik terkait dengan aspek [5] a Spatial ruang; b Visual penglihatan, dapat termasuk estetika; c Auditorial pendengaran; d Thermal thermis, suhu, serta Olfactual bau. Untuk ruang terbuka publik, aspek kenyamanan dapat ditinjau salah satunya dari kenyamanan spatial. Aspek tersebut memberikan pengaruh yang besar terhadap berhasil atau tidaknya desain ruang publik tersebut. Kenyamanan spasial terkait dengan pemenuhan kebutuhan manusia akan ruang yang digunakan sebagai tempat menyelenggarakan aktivitasnya. Kenyamanan dapat berupa dimensi, elemen/fitur pendukung aktifitas. Manusia cenderung berpikir tentang apa yang terkait dengan dirinya dan yang ada di lingkungan sekitarnya. Kenyamanan spasial terkait langsung dengan dengan tradisi yang dipengaruhi oleh iklim serta dimensi ruang yang diperlukan. [6]. 3. METODOLOGI Penelitian ini merupakan studi kasus dengan lokasi di ruang terbuka Institut Teknologi Nasional Itenas. Secara khusus obyek penelitian akan difokuskan ruang luar yang terbentuk antar massa bangunan selain fungsi parkiran. Dwi Kustianingrum , Eka Virdianti , Dian Duhita Permata Jurnal Itenas Rekayasa – 194 Gambar 2. Lokasi Penelitian, Kampus Itenas, Bandung Sumber Google Earth, 2017, diolah Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Metoda pengambilan data pada penelitian dilakukan dengan observasi, penyebaran kuesioner, dan dokumentasi pada periode waktu hari kerja dan hari libur. Periode tersebut dibagi kembali menjadi jam pengamatan yaitu jam pagi hari; siang hari dan sore hari. Jumlah sample responden ditarget 5 lima sampel per waktu pengamatan. Instrumen penelitian berupa kuesioner. Penyebaran kuesioner berkaitan dengan semua pertanyaan yang mengacu pada variabel yang akan diuji. Responden akan diambil secara purposive sampling, dari pengunjung yang mendominasi ruang terbuka tersebut. Metode analisis dilakukan secara deskriptif yang akan menggambarkan bagaimana kenyamanan spatial ruang terbuka public di kawasan itenas. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ruang Terbuka dan Aktivitas Institut Teknologi Nasional Bandung merupakan perguruan tinggi tergolong dalam klasifikasi urban campus yang merupakan bagian dari bentuk kota. Rencana Induk Pengembangan Itenas 2014-2030, memiliki luas tapak m². Sarana dan prasarana Itenas meliputi 21 unit gedung untuk kegiatan perkuliahan, praktikum, administrasi, dan kegiatan pendukung lainnya. Lingkungan kampus ditata dengan asri dan dilengkapi berbagai sarana penunjang, seperti sarana olah raga, gedung serba guna, ruang seminar, kantin, mesjid, perpustakaan, bank, internet hot spot dan intranet, student center, serta klinik kesehatan. Melalui hasil wawancara diprediksi Koefisien Dasar Bangunan KDB yang terbangun adalah 41%, secara peraturan diperbolehkan maksimal 70%. Sisa dari lahan tersebut diperuntukan untuk bangun-bangunan, prasarana jalan, dan area taman. Tatanan massa bangunan di lingkungan kampus membentuk beberapa ruang terbuka. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, ditemukan 20 titik ruang terbuka publik selain parkir yang dimanfaatkan oleh pengguna kampus. Lihat gambar 3. Sustainable Site Kenyamanan Spasial Pada Ruang Terbuka Publik Kampus Itenas Bandung Jurnal Itenas Rekayasa – 195 Gambar 3. Ruang Terbuka di Itenas Ruang terbuka publik ini sebagian besar berfungsi sebagai tempat duduk, diskusi dan makan. Aktivitas di ruang terbuka publik dimanfaatkan sesuai fungsinya, yaitu ruang terbuka yang berlokasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 20. Dari hasil survey mayoritas pengguna adalah mahasiswa kampus Itenas,pada hari kerja. Sedangkan untuk hari libur terdapat pengguna dari luar kampus seperti anak sekolah dasar dan pengantar peserta USM. Tidak hanya sebagai tempat diskusi dan makan, area ruang terbuka publik ini juga biasa dimanfaatkan sebagai tempat untuk menunggu kuliah pada waktu berikutnya. Pengamatan terhadap pengunjung ruang terbuka publik dilakukan pada 2 periode waktu, yaitu pada saat hari kerja serta hari libur dapat dilihat pada gambar 4. Sebaran titik kumpul pada hari kerja lebih banyak terjadi di lokasi 3, 4, 6, 8, 13, 14, 15, 19, 20. Lokasi titik kumpul ini tersebar hampir merata di area entrance lokasi 3, 11, 15, di dalam lokasi 18 dan di antara gedung perkuliahan lokasi 4,6,14,15 serta berdekatan dengan fasilitas umum lokasi 8, 19, 10, 20. Dwi Kustianingrum , Eka Virdianti , Dian Duhita Permata Jurnal Itenas Rekayasa – 196 Gambar 4 .Sebaran Titik Kumpul Pada Hari Kerja Sebaran titik kumpul pada saat hari libur ditemukan lebih sedikit. Area ruang terbuka yang paling banyak dikunjungi bersifat publik, berdekatan dengan fasilitas umum, yaitu lokasi 1, 3, 5, 8, 10, 20. Lihat gambar 5 Gambar 5. Sebaran Titik Kumpul Pada hari Libur Dari hasil pengamatan terdapat ruang terbuka dimanfaatkan sesuai fungsinya, beberapa ruang terbuka Itenas tidak termanfaatkan secara optimal. seperti di lokasi 7, 16, 17. Pada tiga lokasi tersebut tidak terlihat aktifitas dari pengguna. Aktifitas ruang terbuka publik pada kawasan kota dan kawasan Sustainable Site Kenyamanan Spasial Pada Ruang Terbuka Publik Kampus Itenas Bandung Jurnal Itenas Rekayasa – 197 kampus memiliki perbedaan prioritas aktivitas. Bila pada ruang terbuka publik di kawasan kota pengguna memerlukan pemandangan view menarik terhadap sekeliling kawasan, namun pada ruang terbuka publik kawasan kampus mahasiswa, hasil pengamatan dalam beraktifitas tidak memerlukan pemandangan view menarik terhadap sekelilingnya. Kenyamanan Spasial Ruang Terbuka Itenas Ruang terbuka publik Itenas memiliki beberapa ragam bentuk serta dimensi. Masing-masing ruang terbuka memiliki beberapa karakter berbeda sesuai lokasi, antara lain ruang terbuka di depan gedung, di antara gedung, di dalam gedung, di area fasilitas umum serta di koridor. Ruang terbuka tersebut dilengkapi dengan beberapa elemen hardscape dan softscape, antara lain tempat duduk, meja, perkerasan, kanopi, pot bak tanaman serta vegetasi. Ruang terbuka di depan gedung ini terletak di depan gedung perkuliahan. Masing-masing ruang terbuka dilengkapi dengan vegetasi, kanopi, perkerasan penutup tanah baik berupa beton, paving block maupun keramik, tempat sampah, area duduk berupa meja dan bangku serta beberapa vegetasi baik pohon, perdu, semak maupun rerumputan. Vegetasi bertajuk lebar berada di atas area duduk meja dan bangku beton. Sedangkan beberapa tanaman perdu dan semak baik yang di atas tanah maupun merambat menjadi bagian dari area masuk gedung. Perbedaan elevasi antara perkerasan menuju ruang terbuka publik dipisahkan dengan trap serta ramp beton. Aktivitas pada ruang terbuka publik di depan gedung perkuliahan cenderung aktif, dimana mahasiswa biasanya duduk berkelompok melakukan diskusi menunggu waktu perkuliahan serta mengerjakan tugas. Lihat gambar 6. Gambar 6. Ruang Terbuka di Depan Gedung yang Diminati Menjadi Titik Kumpul Ruang terbuka di antara gedung mayoritas berbentuk linear, mengikuti bentuk dari panjang gedung. Ruang terbuka ini juga dilengkapi dengan elemen hardscape berupa bangku beton, perkerasan paving block dan keramik, kanopi, tempat sampah, serta elemen softscape berupa pohon bertajuk, perdu, semak dan rumput. Bangku beton di beberapa ruang terbuka telah didesain dengan material beton, kayu dan besi baik berpenutup atap/kanopi metal maupun vegetasi bertajuk. Bangku/area duduk pada ruang terbuka disediakan berderet yang dipisahkan oleh vegetasi. Aktifitas ruang terbuka ini biasanya dimanfaatkan sebagai area duduk, diskusi, menunggu perkuliahan, serta mengerjakan tugas. Ruang terbuka di antara gedung yang berupa ruang terbuka hijau, titik kumpul mahasiswa biasa dilakukan di samping area hijau/rabat beton keliling bangunan secara berkelompok. Lihat gambar 7. Dwi Kustianingrum , Eka Virdianti , Dian Duhita Permata Jurnal Itenas Rekayasa – 198 Ruang terbuka di dalam gedung memiliki karakter yang berbeda dengan ruang terbuka lainnya. Ruang terbuka ini bersifat privat karena berupa hall yang berada di tengah bangunan serta dikelilingi oleh koridor. Void pada area ruang terbuka berfungsi memasukkan sinar matahari dan ventilasi pada area tersebut, dapat dilihat pada gambar 8. Elemen lansekap pada ruang terbuka cukup minimalis, terdiri dari penutup tanah berupa paving block, keramik, serta vegetasi merambat. Beberapa titik kumpul mahasiswa pada area ini dilakukan di sisi ruang terbuka karena menghindari sinar matahari yang masuk melalui void. Kegiatan yang dilakukan antara lain mengerjakan tugas, berdiskusi, makan dan bermain gitar. Gambar 8. Ruang Terbuka Di Dalam Gedung Ruang terbuka di area fasilitas umum dilengkapi dengan elemen lansekap berupa bangku/tribun beton, bak tanaman yang juga dapat dimanfaatkan sebagai area duduk, kanopi, paving block serta vegetasi. Pengunjung pada area ini lebih beragam, karena sifatnya yang lebih publik dibandingkan ruang terbuka yang berdekatan dengan gedung perkuliahan lihat gambar 9. Aktivitas ruang terbuka yang dilakukan antara lain duduk, berdiskusi, makan, berolahraga, menunggu. Pemanfaatan tribun gambar 9a oleh mahasiswa dari berbagai jurusan hampir dilakukan setiap saat meskipun tidak adanya kegiatan kuliah. Area Tribun dan Area duduk gambar 9c menjadi tempat yang dikunjungi oleh pengguna luar kampus. Gambar 9. Ruang Terbuka di Fasilitas/Sarana Umum Gambar 7. Ruang Terbuka di Antara Gedung Sustainable Site Kenyamanan Spasial Pada Ruang Terbuka Publik Kampus Itenas Bandung Jurnal Itenas Rekayasa – 199 Aktifitas/titik kumpul mahasiswa seringkali juga dilakukan pada koridor penghubung. Area ini tidak didesain khusus sebagai area berkumpul, namun mereka memanfaatkan dinding dan kolom basement serta perbedaan elevasi lantai sebagai area duduk. Elemen lansekap pada area ini berupa hardscape yang terdiri dari kanopi serta perkerasan penutup tanah, dan softscape berupa vegetasi semak dan perdu. Lokasi titik kumpul ini tidak jauh dari gedung perkuliahan. Aktivitas mahasiswa pada ruang terbuka ini antara lain dudu, berdiskusi dan makan. Lihat gambar 10. Gambar 10. Ruang Terbuka di Area Koridor Pertemuan Gedung Pada saat dilakukan pengamatan, beberapa ruang terbuka publik di Itenas ditemukan kurang termanfaatkan dengan optimal. Hal ini diketahui karena jumlah pengunjung pada area tersebut cenderung tidak ada sehingga menjadikan ruang terbuka menjadi pasif, pada gambar 11. Elemen hardscape dan softscape pada area ini cukup lengkap seperti bangku beton, bak tanaman, pohon bertajuk, perdu, rumput serta perkerasan. Lokasi ruang terbuka ini tersebar di antara gedung perkuliahan serta berdekatan dengan fasilitas umum. Beberapa ruang terbuka pasif ini pada gambar 11b dan 11d terkadang dimanfaatkan sebagai area parkir kendaraan roda empat. Gambar 11. Ruang Terbuka Publik yang Pasif Analisis di atas memberikan gambaran mengenai elemen fisik ruang terbuka publik di itenas. Elemen fisik ini memberikan efek kenyamanan spatial bagi pendukung aktifitas dan iklim yang menyenangkan bagi pengguna. Hampir di tiap area terdapat elemen hardscapes dan softscape ruang publik. Elemen tersebut dapat berupa elemen bangku,vegetasi dan lainnya. Keunikannya terdapat ruang publik yang Dwi Kustianingrum , Eka Virdianti , Dian Duhita Permata Jurnal Itenas Rekayasa – 200 tidak terdapat elemen tersebut namun terespon baik oleh pengguna, sehingga aktifitas di area tersebut aktif. Berdasarkan pengamatan, respon tersebut diakibatkan adanya iklim mikro thermal yang nyaman. Ruang terbuka yang aktif terjadi pada area yang terbayangi daerah pembayangan sehingga panas matahari tidak langsung masuk ke area tersebut. Daerah pembayangan tersebut diakibatkan oleh elemen vegetasi, kanopi, dan jarak bangunan. Persepsi Kenyamanan Berdasarkan Responden Untuk melihat persepsi kenyamanan maka perlu dilihat tujuan responden datang ke ruang publik. Hal tersebut berkaitan dengan terbentuknya suatu fungsi ruang komunal dan unsur-unsur tersebut terhubung dengan satu dan lainnya yaitu 1 Aktifitas, 2 Manusia, 3 Pikiran menjadi sebuah setting [7]. Setting tersebut dapat membuat sebuah situasi zone nyaman. Pada saat hari kerja, ketika berlangsungnya kegiatan perkuliahan, pengunjung paling banyak sebanyak 38% bertujuan untuk aktifitas berdiskusi dan menunggu bersama. Pengunjung paling sedikit dengan jumlah 3% bertujuan datang karena kebiasaan serta bermain skateboard. Sedangkan pada saat hari libur, pengunjung terbanyak dengan prosentase 46% bertujuan untuk nongkrong dan bersantai, serta 5% pengunjung datang dengan tujuan menunggu/menemani teman serta mengerjakan tugas. Hasil data pengamatan dapat di lihat gambar 13. Gambar 12. Tujuan Responden ke Ruang Publik Pada Hari Kerja a dan Hari Libur b Dari analisis di atas dihasilkan bahwa tujuan pengguna di hari kerja adalah berdiskusi dan menunggu, sedangkan hari libur adalah untuk nongkrong dan bersantai. Situasi yang harus didapatkan pada area publik tersebut adalah berupa setting yang menjadi persepsi dari pengguna untuk mendukung aktifitas. Penyebaran kuesioner pada pengunjung ruang terbuka publik Itenasi di 20 lokasi, diperoleh data bahwa pengunjung datang ke ruang terbuka memiliki beragam alasan, yaitu 52% pengunjung merasa teduh, 17% merasa nyaman, 7% merasa tenang, 4% merasa nyaman untuk berdiskusi, 3% menyukai area hijau, 3% merasa dekat dengan jurusan dan 14% memanfaatkan area duduk. Mayoritas pengunjung yang datang ke area ruang terbuka publik karena tempat yang teduh. Sedangkan minoritas pengunjung mencari ruang terbuka yang hijau dan dekat dengan jurusan masing-masing. Lihat gambar 12. Sustainable Site Kenyamanan Spasial Pada Ruang Terbuka Publik Kampus Itenas Bandung Jurnal Itenas Rekayasa – 201 Gambar 13. Alasan Responden Memilih Tempat Hasil olahan data tersebut dapat diketahui alasan responden dalam memilih tempat terbuka publik yaitu untuk mendukung aktifitasnya. Alasan yang paling utama dan bersifat umum adalah zone tersebut teduh, nyaman dan dapat beraktifitas duduk. Hal ini menunjukan bahwa manusia cenderung berpikir tentang apa yang terkait dengan dirinya dan yang ada di lingkungan sekitarnya [5], kenyamanan spasial terkait langsung dengan dengan tradisi yang dipengaruhi oleh iklim, disini terwakili oleh teduh dan nyaman dan dimensi ruang yang diperlukan meliputi nyaman dan tempat untuk duduk. Walaupun di beberapa ruang terbuka yang diminati, belum dilengkapi tempat duduk namun adanya elemen pengganti misalnya tembok pagar basement dan tangga, dapat memjadi sarana pendukung aktifitas pengguna. 5. KESIMPULAN Ruang terbuka publik di lingkungan kampus sangat penting bagi mahasiswa Itenas sebagai pengguna utama. Dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa ruang terbuka publik tidak harus didesain dengan estetika, namun yang terpenting adalah area tersebut dapat mendukung aktifitas dan kenyamanan beraktifitas. Aktifitas ruang publik kampus, terfokus pada duduk dan berdiskusi. Sehingga kenyamanan spatial yang dibutuhkan adalah elemen untuk mendukung aktifitas duduk dan diskusi. Aspek lain adalah iklim mikro yang membuat nyaman aktifitas tersebut. Terbukti pada ruang terbuka yang aktif terjadi pada dominasi daerah pembayangan sehingga panas matahari tidak langsung masuk ke area tersebut. Ruang pasif terjadi pada area yang langsung terpancar matahari, walaupun ada ruang pasif yang menjadi area pembayangan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan khusunya pada LPPM ITENAS yang telah memberikan konstribusi berupa kesempatan dan penyediaan dana penelitian. Kepada mahasiswa dan responden yang telah berkontribusi sehingga kegiatan penelitian ini berjalan lancar. DAFTAR PUSTAKA [1] Daniel E Wiliama, 2007, Sustainable Design, Ecology, Architecture and Planning, John Willey & Sons. Inc [2] Gehl. J, 1996, Life Between Building,Using Public Space, Island Press,Washington DC [3] Amit Bhatia 2015, Placemaking;Creating aplace of sense and sense of place ,Architecture Research Paper [4] diakses 18 April 2017 [5] Karyono, 2010, Kenyamanan Termal dan Penghematan Energi; Teori dan Realisasi dalam Desain Dwi Kustianingrum , Eka Virdianti , Dian Duhita Permata Jurnal Itenas Rekayasa – 202 dalam diakses 28 September 2017. [6] Karyono. Tri Harso, 2016,”Bentuk, Teknologi, Kenyamanan dan Penggunaan Energi”, Arsitektur Tropis, Penerbit Erlangga. [7] Purwanto. E, 2007, Rukun KotaRuang Perkotaan Berbasis Budaya Guyub, dalam Purwanto,E, 2012, Pola Setting Ruang Komunal Mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dipenogoro, Seminar Nasional Riset dan Perencanaan,2, 13 Oktober 2012, Yogyakarta ... Kenyamanan meliputi kenyamanan spasial, kenyamanan termal, kenyamanan visual, ketenangan, dan privasi. Kenyamanan spasial terkait dengan pemenuhan kebutuhan manusia akan ruang yang digunakan sebagai tempat menyelenggarakan aktivitasnya Kustianingrum et al., 2018. Kenyamanan termal dan sirkulasi udara yang baik juga penting untuk dicapai karena akan mempengaruhi kesehatan dan kondisi mood penghuni di dalamnya. ...Sarah NadiaPopulasi generasi milenial yang terus meningkat beriringan dengan kebutuhan hunian atau rumah tinggal yang layak huni, berkualitas, serta terjangkau di masa mendatang. Fenomena ini akan menjadi peluang bagi arsitek dan pengembang dalam pengadaan hunian bagi generasi milenial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek-aspek penting yang menjadi preferensi bagi generasi milenial dalam memilih hunian dan kawasan yang ingin ditinggali. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan bersifat eksploratif dengan pendekatan grounded theory. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner daring yang dibagikan melalui grup/kelompok yang memenuhi kriteria, dengan pertanyaan yang bersifat terbuka. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dalam 2 tahapan yakni open coding dan selective coding. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 5 aspek penting yang menjadi preferensi terhadap hunian dan kawasan bagi generasi milenial, yakni karakteristik hunian, keberlanjutan dan kealamian, kenyamanan, tata ruang, dan kemudahan. Aspek-aspek preferensi terhadap kawasan yakni kawasan alami, urban, residensial, kawasan strategis, sub urban. Kata-kunci generasi milenial, hunian, kawasan, preferensi... Klasifikasi ruang terbuka publik dapat bersifat privat seperti pada lokasi Pendidikan, komersial area, ataupun perumahan, dimana kampus merupakan sampel kota dalam skala kecil mewadahi ragam komunitas kampus untuk berinteraksi [2]. Proses pengendalian keberadaan ruang terbuka publik di kampus dipengaruhi oleh rasio populasi mahasiswa setiap fakultas, umumnya terbentuk pada pohon-pohon yang rindang, dimanfaatkan untuk kegiatan ekstra mahasiswa dan terbentuk oleh swadaya mereka sendiri [3]. ...Persentase jumlah dan luasan ruang-ruang terbuka komunal pada perguruan tinggi di Kota Makassar masih rendah, padahal ruang terbuka komunal di lingkungan kampus sering kali digunakan untuk media komunikasi informal, penunjang kegiatan kurikuler diskusi, mengerjakan tugas, laporan atau makalah, serta tempat menunggu jeda kuliah. Keterbatasan ruang komunal di kampus tersebut akan berakibat pada terbentuknya ruang-ruang baru secara spontan, atau menggunakan ruang tidak sesuai fungsinya, sehingga menimbulkan konflik antar ruang, karena mahasiswa cenderung keluar dari batas teritori ruang yang sudah disiapkan di dalam kampus. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan angket daftar pertanyaan. Intensitas penggunaan ruang terbuka komunal paling tinggi ditemukan pada area Taman Infinity Bridge Kampus Unhas, Pelataran Fakultas Teknik Industri Kampus UMI, area Taman Kampus UNM, dan Pelataran Balai Sidang Kampus Unismuh. Pada keempat ruang terbuka komunal tersebut terdapat interaksi sosial yang kontinu dalam durasi 30 menit, dan pengalaman ruang yang menyenangkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya intensitas penggunaan ruang terbuka komunal pada keempat kampus di Kota Makassar, antara lain 1 Fasilitas untuk menunjang kenyamanan fisik berupa bangku taman atau tempat duduk dan gazebo, jogging track, jalur sepeda 2 View berupa danau, unsur soft scape tanaman, atau mural 3 Kenyamanan sensory berupa ruang terbuka dengan adanya peneduh dan atap bangunan, 4 Aksesibilitas berupa pathway atau selasar yang dekat dengan ruang kuliah atau ruang tujuan berikutnya, 5 Keakraban dengan lingkungan, seperti teras masjid, selasar dan pelataran fakultas sangat dikenal oleh mahasiswa, 6 Estetika lingkungan berupa ikon tertentu yang dapat digunakan untuk berswafoto dan penataan tempat yang Teknologi, Kenyamanan dan Penggunaan EnergiTri KaryonoHarsoKaryono. Tri Harso, 2016,"Bentuk, Teknologi, Kenyamanan dan Penggunaan Energi", Arsitektur Tropis, Penerbit Perkotaan Berbasis Budaya Guyub, dalam Purwanto,E, 2012, Pola Setting Ruang Komunal Mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dipenogoro. E PurwantoRukun KotaPurwanto. E, 2007, Rukun KotaRuang Perkotaan Berbasis Budaya Guyub, dalam Purwanto,E, 2012, Pola Setting Ruang Komunal Mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dipenogoro, Seminar Nasional Riset dan Perencanaan,2, 13 Oktober 2012, YogyakartaSustainable Design, Ecology, Architecture and PlanningE DanielWiliamaDaniel E Wiliama, 2007, Sustainable Design, Ecology, Architecture and Planning, John Willey & Sons. IncGehlGehl. J, 1996, Life Between Building,Using Public Space, Island Press,Washington DCPlacemaking;Creating aplace of sense and sense of placeAmit BhatiaAmit Bhatia 2015, Placemaking;Creating aplace of sense and sense of place,Architecture Research PaperKenyamanan Termal dan Penghematan EnergiKaryonoKaryono, 2010, Kenyamanan Termal dan Penghematan Energi; Teori dan Realisasi dalam Desain dalam n_energi_teori_dan_realisasi_dalam_desain_arsitektur diakses 28 September 2017.
ruang tengah terbuka di dalam gedung